Pengalaman Pertama Naik Grab, Tidak Terduga

Rasanya gres siang itu saya berbalas komentar dengan salah seorang teman blogger. Saya minta didoakan akan segera naik Grab pekan tersebut. Di luar dugaan, saya beneran naik Grab pada malam harinya.

Sayangnya, ini bukanlah pengalaman pertama yang menyenangkan. Bukan pelayanannya yang salah. Tapi alasan saya memakai Grab yang tak terduga. Malam ini saya mengantarkan adik ke rumah sakit dengan diantar Grab.

Semula ibu menelpon seorang kenalan perawat. Siapa tahu ia dapat membantu transportasi untuk ke rumah sakit. Tapi sesudah setengah jam lebih tak ada kabar.

Saya pun berusaha memakai aplikasi grab. Sama ibarat pengalaman awal, tidak ada satu supir pun yang berada dalam jangkauan.

Saya berusaha menelusuri lokasi Grab di Martapura. Ada beberapa supir yang terlihat di sana. Sampai sebuah ilham muncul di kepala saya.

Saya mencoba memasang pin lokasi awal bersahabat dengan Martapura. Sehingga kalau ada supir terdekat dapat menerima. Urusan kenyataannya saya ada di Astambul, dapat dibicarakan belakangan.

Sambil saya berusaha memasang pin di lokasi yang bagus, saya melihat sebuah kendaraan beroda empat yang bergerak di Jl. A. Yani dan tampaknya mengarah ke Astambul.

Ketika saya mencoba pasang pin lokasi lagi, kesannya ada supir yang menanggapi undangan saya. Kemudian pribadi mengirim pesan lewat chat.

Tapi saya sendiri malah kelabakan. Memastikan kendaraan beroda empat yang dipesan lewat kenalan mama tersedia atau tidak. Setelah memastikan tidak ada, gres saya membalas pesan dari supir Grab.

Berhubung rumah kami berada di tepi jalan, maka kendaraan beroda empat Grab tersebut cepat saja sampainya. Kami pun segera naik kendaraan beroda empat dan menuju rumah sakit.

Dalam perjalanan, saya sempat ngobrol dengan supir Grab tersebut. Ternyata rumahnya juga di Astambul dan sedang dalam perjalanan pulang. Entah kenapa malam itu ia masih menyalakan aplikasi Grab miliknya. Sehingga dapat dicapai dari lokasi saya.

Oleh alasannya itu pula gampang saja baginya menemukan rumah kami. Dia bahkan mengaku telah memfotokopi dokumen untuk melamar Grab di fotokopian yang ada di rumah kami.

Akhirnya kami hingga ke rumah sakit dengan selamat. Saya sangat berterima kasih kepada supir Grab yang telah mengantarkan kami. Tidak lupa saya menunjukkan bintang lima untuknya, dan tentu saja membayar tarifnya.

Dari supir Grab ini juga saya tahu, kalau di peta Grab tidak terlihat armada, berarti memang tidak ada supir Grab di sekitar wilayah tersebut.

 Rasanya gres siang itu saya berbalas komentar dengan salah seorang teman blogger Pengalaman Pertama Naik Grab, Tidak Terduga

Berhubung rumah sakit berada di Martapura, insya Allah supir Grab selalu tersedia di sana.

Demikianlah pengalaman pertama saya naik Grab. Yang semula saya berharap naik Grab pertama kali untuk keliling kota Makassar, kesannya malah ke rumah sakit mengantarkan adik.

Tapi semua yaitu skenario Allah, tak ada yang perlu disesali. Kesembuhan adik saya lebih utama.

Post a Comment

0 Comments

close